November 13, 2009
DPR FKH
November 11, 2009
Merapi tak Pernah Ingkar Janji
Oktober 31, 2009
SBC 2009
Masih dalam rangkaian jalan-jalan di bulan Oktober, kali ini tujuan perjalanan adalah kota Semarang dan sekitarnya. Sebenarnya acara ini tidak murni jalan-jalan semata, tetapi jalan-jalan ini adalah merupakan rangkaian dari Semarang Birdwatching Competition 2009, lomba pengamatan burung sepulau Jawa yang diselenggarakan oleh Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang (UNNES). Jalan-jalan pada hari Ahad 25 Oktober ini merupakan rangkaian dari acara-acara yang dimulai hari jum’at dua hari sebelumnya di Kampus UNNES. Acara hari ahad pagi itu diawali dengan kampanye pelestarian alam yang dipusatkan di Simpanglima Semarang. Setelah melakukan kampanye kemudian perjalanan dilanjutkan ke Lawang Sewu (tetapi tidak bisa masuk karena masih dalam renovasi), akhirnya dialihkan ke Tugu Muda yang berada di depan Lawang Sewu. Setelah keliling-keliling Tugu Muda perjalanan dilanjutkan ke Taman Srigunting di dekat Gereja Blendug di wilayah kota tua Semarang, disanalah acara pengumuman pemenang lomba dan penutupan Semarang Birdwatching Competition 2009 dilaksanakan.
Oktober 28, 2009
Sebuah Skenario
KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
Seorang dokter yang ditempatkan di sebuah desa terpencil mengamati bahwa penduduk di sebuah desa tersebut sering terserang penyakit menular. Menurut pengamatannya lebih lanjut, ternyata desa tersebut memang kesehatan lingkungannya jelek. Tidak ada fasilitas kesehatan memadai dan kurang sumber daya manusia di bidang kesehatan. Anak-anak di sana tidak terbiasa untuk mencuci tangan sebelum makan, karena mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan, sehingga perilaku merekapun tidak menunjukkan perilaku kesehatan (perilaku hidup sehat). Kaum pria dewasa kebanyakan bekerja di pabrik atau di pertambangan kapur. Banyak diantara mereka menderita sakit pernafasan akibat kesehatan kerja yang buruk. Anak-anak balita banyak yang kurus, dan perutnya membesar. Dokter muda ini lalu berfikir, bahwa ini adalah masalah kesehatan masyarakat, dan dia mulai memikirkan langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dokter ini kemudian pergi ke kota dan di sana dia bertemu dengan pacarnya, seorang dokter hewan yang bekarja di dinas peternakan, dan mengurusi masalah kesehatan masyarakat veteriner. Mereka berbincang “seram” (serius tapi mesra) mengenai bidang pekerjaan masing-masing. Si dokter hewan menganjurkan pacarnya untuk melakukan manajemen kesehatan yang baik di desa tetpencil tersebut, termasuk peningkatan gizi masyarakat guna menolong kaum balita. Sambil mengangguk-angguk tanda setuju, si dokter kemudian bertanya tentang arti, aktivitas dan program kesehatan masyarakat veteriner kepada pacarnya tersebut. Dengan penuh samangat, si dokter hewan ini kemudian menjelaskan semuanya yang dia miliki. Si dokter ini juga telah mengamati bahwa anak-anak penduduk kota juga banyak yang kegemukan, karena pola makan yang lebih menyukai makanan cepat saji dan makanan impor. Si dokter menanggapi bahwa memang masalah kesehatan masyarakat dapat terjadi di mana-mana. Dia juga menanyakan tentang bagaimana seharusnya menyikapi keinginan pengusaha untuk impor bahan-bahan makanan dari luar negeri. Apakah bahan-bahan tersebut pasti dijamin aman? Dengan penuh percaya diri, si dokter hewan ini kemudian menjelaskan mengenai codex alimentarius dan analisis resiko. Dengan penuh kekaguman, si dokter ini mencium kening pacarnya, dan bertanya “koq kamu pinter banget sich?” dengan tersenyum si dokter hewan ini menjawab “Tentu saja dong” (dan sambil berkata dalam hati: “Aku dulu kan sudah pernah ikut Blok 14 Higiene Veteriner.”)